Kamis, 02 September 2010

Manusia-manusia SURGA

Muhammad s


أَنَا أَكْثَرُ النَّاسِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابُ الْجَنَّةِ.
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga.”(Hr. Muslim)

Dari Abu Hurairah d, Rasulullahs bersabda,

أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَفْتَحُ الْجَنَّةِ…
“Saya adalah orang yang pertama kali membuka pintu surga…


Kelahiran Muhammad

M
akkah, 12 Rabiul Awal tahun gajah. Cahaya putih bersinar terang menerangi istana-istana Syam. Bintang-bintang berkedip memberikan isyarat kegembiraan. Angin pun diam, hanya sesekali saja bersemilir membelai ranting-rangting, semak-semak dan dedaunan kurma yang terpaku melihat peristiwa menakjuban. Gunung-gunung, batu-batu dan semua alam ini melantunkan kegembiraannya dengan syair-syair dan lagu-lagu kegaiaban.
Akan tetapi tidak demikian adanya dengan Istana Kisra yang penuh kecongkakan dan kesombongan. Malam itu bergetar dan terus bergetar hingga empat belas balkon istananya runtuh, danaunya meluap, api keabadian orang Persia padam, padahal selama seribu tahun belum pernah mati. Alam menyambut kelahiran Muhammad dengan bahasanya sendiri-sendiri, melantunkan syair-syair kehidupan.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayah beliau telah wafat saat dia di kandung ibunya. Yang menyambutnya saat itu tiada lain adalah kakeknya sendiri, Abdul Muthalib. Kala itu dengan membawa Muhammad kecil, kakek beliau, Abdul Muthalib dengan sangat gembira memasukkannya ke dalam ka’bah seraya melantunkan syair sebagai doa dan munajat kepada Allah swt,

”Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkanku anak ini.
Anak yang memilki andil dan mampu membimbing orang-orang ketika masih dalam buaian.
Aku melindungkannya kepada Allah dengan kebenaran ka’bah yang memilki pilar-pilar ini,
sehingga aku melihatnya beranjak dewasa
Aku pun melindungkannya dari kejahatan orang-orang yang mempunyai kebencian,
Dari orang-orang yang hasad yang suka mengganggu dan mengacaukan”.1

Tidak hanya Abdul Muthalib yang bersyair, akan tetapi Jin pun menyambutnya dengan syair,

”Aku bersumpah tidak seorang wanita pun dari golongan manusia yang telah melahirkan Muhammad selain ia (aminah).
Seorang wanita dari suku Zuhrah yang memilki sifat-sifat terpuji dan selamat dari kecelaan para suku-suku, bahkan mereka memujinya.
Wanita itu telah melahirkan manusia terbaik yaitu Ahmad.
Orang yang terbaik itu dimuliakan
serta orang tuanya pun dimuliakan juga.”

Wahai penduduk Bat-ha’! jangan kalian samakan
Bedakan perkara ini dengan kejadian yang telah lalu. Sesungguhnya itu adalah asal kalian pada zaman dahulu
atau bagian kalian pada zaman yang akan datang nanti.
Bawalah kepada kami seorang perempuan dari orang-orang terdahulu ataupun yang ada sekarang ini selain perempuan dari golongan mereka (bani Zuhrah)
yang serupa dengannya (Aminah) serta memilki janin seperti Nabi yang sangat bertakwa.2

Malam kelahirannya adalah malam anugerah. Tidak hanya untuk keluarganya, orang-orang di sekelilingnya dan orang arab. Akan tetapi anugerah juga bagi semesta alam. Seorang anak yang menggetarkan bumi, langit dan arsnya Allah telah lahir. Seorang anak yang akan membawa risalah suci terakhir dari Tuhan semesta alam. Seorang Nabi penutup zaman.
Satu tanda lagi mengiringi kelahiran Muhammad. Suatu tanda yang menunjukkan beliau benar-benar calon utusan-Nya. Beliau lahir dalam keadaan di hitan. Allah menjaga auratnya dengan menghitan Muhammad sejak dalam kandungan. Hal inilah yang membuat kakeknya takjub, terkesima melihat cucunya lalu berkata, ”Anakku ini akan mempunyai pengaruh”. Dia berkata dengan wajah optimis dan keyakinan yang tinggi bahwa cucunya kelak akan menjadi manusia yang berkedudukan tinggi.


Muhammad Kecil
Waktu terus berjalan. Saat demi saat, detik demi detik. Satu minggu, sebulan, setahun berlalu dan roda jaman terus bergulir membawa Muhammad menginjak usia dua tahun. Di pangkuan halimah, Muhammad kecil tumbuh begitu cepat. Beliau termasuk anak yang sehat, sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Beliau tumbuh sehari seperti pertumbuhan anak-anak dalam sebulan. Beliau tumbuh sebulan seperti pertumbuhan anak-anak dalam setahun.
Keberkahan, memang ada pada diri Muhammad saw. Keberkahan itu juga menyertai orang yang menyusuinya, Halimah. Semenjak menyusui Muhammad, Halimah dan suaminya mendapatkan keberkahan yang begitu banyak serta menyaksikan keistimewaan-keistimewaan diri Muhammad kecil dibanding anak-anak yang lain.
Saat itu musim paceklik. Tiada hujan turun beberapa lama, tumbuh-tumbuhan mati, air sumber tiada mengalir lagi. Di padang yang gersang penggembala halimah dan penggembala-penggembala yang lain menggembalakan kambing mereka masing-masing. Suatu keanehan terjadi. Kambing-kambing Halimah pulang dalam keadaan gemuk dan berisi. Namun kambing-kambing penggembala selain Halimah (penggembala lain) pulang dalam keadaan kelaparan, kurus dan sekarat. Tak satupun kambing mereka menghasilkan setetes susu untuk diminum. Akan tetapi kambing Halimah mengalirkan susu yang melimpah. Sehingga salah seorang dari mereka berujar, ”Celakalah kalian! Apakah kalian tidak bisa menggembala kambing seperti penggembala Halimah? Rasa kecewa dan marah.
Kehidupan keluarga hari demi hari berkecukupan bersama Rasulullah hingga beberapa tahun sampai suatu saat satu peristiwa lagi yang di alami pada diri Muhammad yang sangat menakjubkan dan membuat Halimah binti Abu Dzu’aib dan istrinya selalu khawatir dan takut akan keselamatan Muhammad. Lalu dengan rasa terpaksa atas desakan istrinya halimah Muhammad kepada ibu kandungnya sendiri.
Dia berucap, ”Wahai halimah! Sungguh aku takut anak ini tertimpa musibah”. Dengan nada dan mimik kekhawatiran al-Haris bin Abdul ’Uzza (istri Halimah) memberikan nasehat kepada isterinya.
”Kalau begitu pergilah dan bawalah dia kembali kepada ibunya sebelum apa yang kita kuatirkan benar-benar terjadi padanya”. Jawab Halimah dengan kekhawatiran yang sama.
Setelah sampai di hadapan Aminah, mereka tidak tahu untuk berkata-kata. Sejenak mereka membisu, dan saling pandang. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang akan mereka utarakan. Suasana hening.
”Mengapa kalian mengembalikannya kepadaku? Bukankah kalian menginginkannya?”. Halimah membuyarkan ketegunan mereka. Dengan terpaksa dan nada terbata-bata mereka menjawab dan memberitahukan kejadian demi kejadian yang dialami Muhammad saw.
”Suatu ketika, saat Muhammad bermain bersama saudara-saudaranya di belakang rumah, tiba-tiba datanglah saudaranya sambil berlari. Lalu dia berkata kepadaku dan ayahnya, ”Tolong, tengoklah saudaraku yang Qurays itu. Ia telah didatangi oleh dua orang lelaki. Mereka menelentangkannya, lalu mereka membedah perutnya”. Maka, aku dan suamiku berlari menuju beliau. Kami menemukannya dalam keadaan pingsan dan pucat pasi”. Apa yang terjadi denganmu, wahai anakku? Tanya suamiku.
Puteramu menjawab, ”Dua orang lelaki mendatangiku. Mereka memakai baju putih. Mereka membaringkanku lalu membedah perutku. Sungguh aku tidak mengerti apa yang mereka perbuat”.
”Karena alasan inilah kami ingin mengembalikan puteramu, wahai halimah”.
Wajah halimah saat itu tidak begitu kaget. Karena dia sudah menyadari keanehan anaknya sejak masih dalam kandungan.
Ibunda Muhammad berkata, ”Apakah kalian kuatir kepadanya? Sebenarnya puteraku mempunyai keanehan. Bukankah sudah kuceritakan kepada kalian? Sesungguhnya, aku belum pernah merasakan kehamilan yang lebih mudah dan lebih berkah dibanding ketika aku mengandungnya. Aku melahirkannya tidak sebagaimana anak-anak lain dilahirkan. Ia lahir dengan meletakkan tangannya di tanah seraya menengadahkan kepalanya kelangit. Biarkanlah ia bersama kalian, dan janganlah kalian heran.” 4
Lalu halimah membawa Muhammad saw pulang, dan kembali hidup bersamanya. Sejak saat itulah Muhammad kecil tidak pernah ditinggal jauh oleh Halimah. Sejak saat itu pula Halimah menyaksikan Muhammad selalu diikuti mendung. Bila Nabi berhenti, awan itu ikut berhenti. Bila Nabi berjalan awan pun ikut berjalan.

***
Hari demi hari terus bersambung, bersambung pula usia Muhammad s. Halimah memutuskan untuk mengembalikan Beliau ke pangkuan ibundanya tercinta. Akan tetapi tak lama kemudian ibunya, Aminah binti Wahab meninggal dunia saat menempuh perjalanan ke Madinah. Ketika itu Muhammad berusia enam tahun, jadilah Muhammad s anak yatim piatu, hidup tanpa ayah dan ibu.
Kedudukan ibunya digantikan oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Dia hidup bersama cucunya dengan kelembutan dan kasih sayang yang sangat dalam, sebagaimana Aminah mencintai Muhammad. Dia mencintai cucunya melebihi anaknya sendiri. Ia selalu menemaninya setiap saat. Mengawasinya saat sendirian dan saat Muhammad tidur. Tak seorangpun boleh menyakitinya.
Selang dua tahun, kebahagiaan itu digantikan dengan duka. Abdul Muthalib berangkat ke rafiqil a’la. Saat itu Abdul Muthalib 82 tahun.5 Sebelum malaikat maut mendatanginya, ia berpesan agar penjagaan dan pengasuhan diserahkan kepada Abu Thalib. Semua anaknya menangisinya, demikian juga Rasulullah menangisi kepergiannya seorang kakek mulia yang selama ini melindungi dan menjaganya bagaikan seorang orangtua. Belia menangis disamping tempat tidur yang tak kan pernah kembali lagi.





1.Hr. Ibnu Sa’ad, Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir.
2.al-Wafa’ Hal 74
3. al-Wafa’ Hal 87
4. HR. Abu Nu’aim, al-Baihaqi, dan Ibnu Katsir/ al-Wafa’ Hal 87
3. Ada yang meriwayatkan, Abdul Muthalib meninggal diusia 110 dan 120, Wallahu a’lam.

Pada malam itu semua memberitahukan kelahiran Muhammad saw. Memberikan saksi bahwa Muhammad Nabi akhir jaman telah di lahirkan.















Abu Bakar
Ash-Shiddiq d


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ s :مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا. فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِيْنًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيْضًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ: أَناَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ s : مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah d, ia berkata Rasulullah s pernah bertanya, “Siapa diantara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar ra menjawab, “saya”. Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengiringkan jenazah? Abu Bakar menjawab: “Saya”. Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya”. Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?” Abu Bakar Ash-Shiddiq menjawab, “saya”. Maka Rasulullah s bersabda, “tidaklah amalan-amalan tersebut menyatu dalam diri seseorang kecuali dia akan masuk surga.(HR. Muslim)


...قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَا عَلَى أَحَدٌ يُدْعَى مِنْ تِلْكَ اْلاَبْوَابِ مِنْ ضَرُوْرَةٍ, فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ اْلاَبْوَابِ كُلِّهَا؟ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s :نَعَمْ, وَأَرْجُو أَنْ تَكُوْنَ مِنْهُمْ.
“… Abu Bakar Ash-Shiddiq d menanyakan, ”Seseorang dipanggil dari pintu-pintu (surga) tersebut sesuai dengan amal baiknya, lalu apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu?” Rasulullah s menjawab, “Ya, ada, dan aku berharap kau termasuk kelompok itu” .(HR. Bukhari & Muslim)


...فَجَاءَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, فَدَفَعَ الْبَابَ, فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: أَبُوْ بَكْرٍ. فَقُلْتُ عَلَى رِسْلِكَ. قَالَ: نَعَمْ. ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ! هَذَا أَبُوْ بَكْرٍ يَسْتَأْذِنُ؟ فَقَالَ: ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِا الْجَنَّةِ.قَالَ فَأَقْبَلْتُ حَتىَّ قُلْتُ ِلأَبِي بَكْرٍ: ادْخُلْ وَرَسُوْلُ اللهِ s يُبَشِّرُكَ بِاالْجَنَّةِ…
...Kemudian datanglah Abu Bakar d, lalu dia mendorong pintu, maka aku bertanya, ”Siapa ini?” Dia menjawab, ”Abu Bakar”. Aku katakan, ”Pelan-pelan saja!” Dia menjawab, ”Ya”. Aku mendekat kepada Rasulullah s lalu aku katakan, ”Ya Rasulullah, ada Abu Bakar minta ijin masuk kemari?” Rasulullah saw menjawab, ”Suruh dia masuk dan beritahukan surga kepadanya! Kata Abu Musa: Aku kembali menemui Abu Bakar lalu aku katakan kepadanya, ”Silahkan masuk dan Rasulullah menyampaikan kepadamu kabar gembira tentang surga”....(Hr. Bukhari & Muslim)















Umar bin Khaththab d


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, عَنِ النَّبِيِّ s أَنَّهُ قَالَ: بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ, إِذَ رَأَيْتَنِي فِي الْجَنَّةِ, فَإِذَا امْرَأَةٌ تَوَضَّأُ إِلىَ جَانِبِ قَصْرٍ, فَقُلْتُ: لِمَنْ هَذَا؟ فَقَالُوْا : لِعُمَرِبْنِ الْخَطَّابِ. فَذَكَرْتُ غَيْرَةَ عُمَرَ, فَوَلَّيْتُ مُدْبِرًا.
قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: فَبَكَى عُمَرُ وَنَحْنُ جَمِيْعًا فِي ذَالِكَ الْمَجْلِسِ مَعَ رَسُوْلُ اللهِ s ثُمَّ قَالَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُوْلُ اللهِ! أَعَلَيْكَ أَغَارُ؟
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi s beliau bersabda: Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi di dalam surga, tiba-tiba ada seorang perempuan membersihkan dirinya dengan air di sebelah sebuah istana, kemudian aku tanyakan, “Milik siapa istana ini?” Mereka menjawab, “Milik Umar bin Khaththab”. Maka aku tuturkan kecemburuan Umar, lalu aku berpaling.
Kata Abu Hurairah: Kemudian Umar menangis yang ketika itu kami semua berada di majelis tersebut bersama Rasulullah s, kemudian Umar mengatakan, “Ya Rasulullah, demi ayah dan ibuku, apakah aku cemburu kepada Anda?”.(Hr. Bukhari & Muslim)


...ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ, وَقَدْ تَرَكْتُ أَخِي يَتَوَاالضَّأُ وَيَلْحَقُنِيْ, فَقُلْتُ: إِنْ يُرِدِ اللهُ بِفُلاَنٍ خَيْرًا, يَأْتِ بِهِ.فَأِذَا إِنْسَانٌ يُحَرِّكُ الْبَابَ, فَقُلْتُ مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ. فَقُلْتُ: عَلَى رِسْلِكَ. ثُمَّ جِئْتُ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ s , فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ, وَقُلْتُ: هَذَا عُمَرُ يَسْتَأْذِنُ؟ قَالَ: ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ. فَجِئْتُ عُمَرُ d, فَقُلْتُ: أَذِنْ وَيُبَشِّرُكَ رَسُوْلُ الله s بِالْجَنَّةِ...
…Kemudian aku duduk kembali. Ketika itu aku meninggalkan saudaraku yang sedang berwudlu dan akan menyusulku. Kataku, ”Kalau Allah menghendaki kebaikan bagi saudaraku itu pasti Allah akan mendatangkannya”. Tiba-tiba ada seseorang menggerak-gerakkan pintu, lalu aku bertanya, ”Siapa ini?” Dia menjawab, ”Umar bin Khaththab”. Aku katakan, ”Pelan-pelan saja!” Aku mendekat kepada Rasulullah s, lalu aku ucapakan salam kepada beliau, kemudian aku katakan, “Ada Umar mohon ijin masuk kemari?” Rasulullah s menjawab, “Sutuh dia masuk dan beritahukan surga kepadanya!” Aku dekati Umar d, lslu aku katakan, “Rasulullah s menyilahkan masuk dan menyampaikan berita gembira tentang surga kepadamu.”...(Hr. Bukhari & Muslim)















MUtsman bin Affan d


...ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ, فَقُلْتُ: إِنْ يُرِدِ اللهُ بِفُلاَنٍ خَيْرًا, يَأْتِ بِهِ.فَجَاءَ إِنْسَانٌ فَحَرَّكَ الْبَابَ, فَقُلْتُ مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ:عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ. فَقُلْتُ: عَلَى رِسْلِكَ. قَالَ: وَجِئْتُ النَّبِي s , فَأَخْبَرْتَهُ, فَقَالَ: ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصِيْبُهُ.قاَلَ: فَجِئْتُ فَقُلْتُ: أُدْخُلْ وَيُبَشِّرُكَ رَسُوْلُ اللهِ s بِالْجَنَّةِ مَعَ الْبَلْوَى تُصِيْبُكَ...
…“Kemudian aku duduk kembali sambil mengatakan: Kalau Allah menghendaki kebaiakan bagi saudaraku maka pasti Allah akan mendatangkannya. Ada lagi seseorang datang, lalu dia gerak-gerakkan pintu, maka aku bertanya, “Siapa ini?” Dia menjawab, “Ustman bin Affan”. Aku katakan “Pelan-pelan saja!” Kata Abu Musa: Aku mendekati Nabi s lalu aku beritahukan tentang Utsman. Rasulullah saw menjawab, ”Suruh dia masuk dan beritahukan surga kepadanya serta cobaan-cobaan yang akan menimpanya”. Kata Abu Musa: Aku dekati Utsman bin Afan lalu aku katakan, ”Silahkan masuk dan Rasulullah s menyampaikan kabar genbira tentang surga kepadamu serta cobaan-cobaan yang akan menimpamu”...(Hr. Bukhari & Muslim)















Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah d


أَنَا أَكْثَرُ النَّاسِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابُ الْجَنَّةِ.
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga.”(Hr. Muslim)


















Siti Khadijah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا


“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, isteri Fir’aun.”(Hr. Ahmad & Abu Hatim dari Abu Hurairah)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ d قَالَ: أَتَي جِبْرِيْلُ النَّبِيَّ s فَقَالَ: يَارَسُوْلُ اللهِ! هَذِهِ خَدِيْجَةُ قَدْ أَتَتْكَ, مَعَهَا إِنَاءٌ فِيْهِ إِدَامٌ (أَوْ:طَعَامٌ, أَوْ شَرَبٌ), فَأِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَ مِنِّي, وَبَشِّرْهَا بِبَيْتِ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ, لاَ صَخَبَ فِيْهِ وَلاَ نَصَبَ.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah d, dia berkata: Jibril datang kepada Nabi s lalu dia mengatakan, ”Ya Rasulullah ini dia Khadijah, dia datang kepada anda dengan sewadah lauk pauk (atau makanan, atau minuman). Ketika dia datang kepada anda ucapkan salam kepadanya dari Tuhannya dan dariku, serta beritahukan kepadanya bahwa rumahnya di surga yang terbuat dari emas dan perak tanpa ada kebisingan dan tanpa ada susah payah”. (Hr. Bukhari & Muslim)















Siti Farimah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا


“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, isteri Fir’aun.”(Hr. Ahmad & Abu Hatim dari Abu Hurairah)
















Maryam binti Imran رَضِيَ اللهُ عَنْهَا


“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, isteri Fir’aun.”(Hr. Ahmad & Abu Hatim dari Abu Hurairah)















Asiyah binti
Muzahim رَضِيَ اللهُ عَنْهَا


“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, isteri Fir’aun.”(Hr. Ahmad & Abu Hatim dari Abu Hurairah)















Bilal bin Rabah d


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ d قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s لِبِلالٍ صَلاَةَ الْغَدَاةِ: يَابِلاَلٌ! حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةٌ, فَإِنِّي سَمِعْتُ الَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ. قَالَ بِلاَلٌ: مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِي مَنْفَعَةٌ مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طَهُوْرًا تَامًّا, فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ, إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَالِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللهُ لِي أَنْ أُصَلَِّيَ.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah d, dia berkata: Rasulullah s pernah bertanya kepad Bilal ketika shalat subuh, ”Hai bilal katakan kepadaku apa amalanmu yang paling besar pahalanya yang pernah kau lakukan di dalam Islam, karena aku tadi malam mendengar derap sandalmu di hadapanku di dalam surga?” Kata Bilal, ”Aku tidak mengerjakan amal perbuatan yang paling besar pahalanya di dalam Islam selain aku bersuci dengan sempurna baik pada waktu malam ataupun siang hari hanya untuk mengerjakan shalat yang telah diwajibkan kepadaku oleh Allah dengan kesucian yang sempurna tersebut”. (Hr. Bukhari & Muslim)














Ummu Sulaim رَضِيَ اللهُ عَنْهَا


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ d عَنِ النَِّبِّي s قَالَ: دَخَلْتُ الْجَنَّةَ, فَسَمِعْتُ خَشْفَةً, فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُو: هَذِهِ الْغُمَيْصَاءُ بِنْتُ مُلْحَانَ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik d dari Nabi sbeliau bersabda: Aku masuk ke dalam surga, lalu aku dengar derap langkah yang cepat, kemudian aku tanyakan, “siapa ini?” Para penghuni surga menjawab, “Ini al-Ghumaisha’ binti Milham, ibu Anas bin Malik (Ummu Sulaim) (Hr. Ahmad & Abu Hatim dari Abu Hurairah)














Abdullah bin Salam d


عَنْ عاَمِرِبْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَقُوْلُ: ماَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ s يَقُوْلُ لِحَيِّ يَمْشِي: إِنَّهُ فِي الْجَنَّةِ إِلاَّ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ سَلاَمٍ.
Diriwayatkan dari ’Amr bin Sa’ad dia berkata: Aku pernah mendengar ayahku mengatakan, ”Aku tidak pernah mendengar Rasulullah s mengatakan kepada seseorang yang berjalan, ‘Dia akan masuk surga’, melainkan kepada Abdullah bin Salam”. (Hr. Bukhari & Muslim)




















Abu Musa al-’Anshari d


فَقَالَ النَّبِيُّ s : أَللَّهُمَّ إِغْفِرْ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ قَيْسٍ ذَنْبَهُ, وَأَدْخِلْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُدْخَلاً كَرِيْمًا.
...Nabi s berdoa, ”Ya Allah, ampunilah dosa Abdullah bin Qays (Abu Musa) dan masukkanlah dia pada hari kiamat ke tempat yang mulia (surga) (Hr. Muslim)

Tidak ada komentar: