Sabtu, 04 September 2010

MAKNA MUSLIM

Islam ialah sebuah agama atau keyakinan dan orang yang memeluk keyakinan agama Islam dan taat terhadap aturannya disebut muslim. Jadi yang disebut dengan muslim adalah seseorang yang telah nurut terhadap peraturan-peraturan Islam, ini berarti penyerahan total 100 persen dirinya hanya kepada Allah swt.
Oleh karenanya jika seseorang yang telah menjalankan kelima rukun Islam dengan baik dan benar[1] maka ia disebut muslim! Jika belum maka sebaliknya! Karena makna muslim adalah menyerahkan diri secara total dan tunduk patuh kepada Allah swt. Sebagaimana wasiat Nabi Ibrahim dan Yakub di dalam al-quran. “Jangan sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah.”[2]
Juga di dalam al-qur’an surah Ali- Imran: 102.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”
Akhir ayat ini ”muslimun” sering diartikan “Keadaan beragama Islam.”
Padahal kalau kita analisa pengertian ayat tersebut di atas tidak sesuai dengan pemahaman alias kurang pas atau lebih tepatnya pemahaman yang “membodohi” umat. Sebab beragama Islam tidak sama dengan muslim karena yang disebut dengan muslim ialah seseorang yang telah berserah diri kepada Allah 100%! Sedangkan orang yang beragama Islam belum tentu berserah diri kepada Allah swt.
Walaupun dia percaya bahwa Allah itu ada dan Muhammad itu Rasul dan utusan-Nya. Sebab banyak orang yang mengaku beragama Islam yang masih suka mencuri timbangan, korupsi, ngentit, nggibah, memfitnah, adu domba, aniaya, dan lain-lain. Itu artinya dia belum berserah diri kepada Allah swt, tapi baru beragama Islam.
Jika ada orang yang beragama Islam tapi tidak menjalankan syari’at Islam dan senantiasa berbuat kedhaliman kemudian dia mati? Apakah dia telah mati dalam keadaan muslim? Apakah itu yang dikehendaki Nabi Ibrahim dan Yakub? Tentu tidak, kalau hanya beragama Islam sangatlah mudah, Nabi Ibrahim dan Yakub tidak perlu mewanti-wanti putranya. Kalau hanya mengucapkan dua kalimat sahadat didepan saksi. Maka disebut berIslam. Tapi yang berat adalah mengamalkan dan mengejawantahkan dua kalimat sahadat tersebut di dalam kehidupan sehari-hari sebagai cerminan orang yang berserah diri kepada Allah swt.
Orang yang telah berserah diri kepada Allah inilah yang disebut dengan Muslim. Di dalam bahasa al-qur’an disebut “wa ufauwidhu amri ilallah”[3] berserah diri kepada Allah swt, yang dalam bahasa jawa di artikan “ngglundung semprong marang Allah".
Jadi ia benar-benar menyerahkan totalitas hidupnya hanya untuk Allah swt. Dan hal ini pernah dicontohkan oleh kekasih Allah Ibrahim as,
ketika dilempar ke dalam api raja Namrud. Lalu beliau dengan tenang mengucapkan “hasbiyallah wani’mal wakil”. (Cukuplah Allah sebagai pelindung.)
Juga diabadikan di dalam al-qur’an,

”Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.” (Qs. Ali-Imrân [3]: 67)
Dicontohkan pula oleh putranya yaitu nabi Isma’il as, ketika hendak disembelih oleh ayahnya, beliau pasrah kepada Allah swt dengan mengucapkan “Satajidunî insyâ allahu minas-shâbirîn”.
Sebagaimana Firman Allah swt,

”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (Qs. ash-Shâffât [37]: 102)
Juga yang di lakonkan oleh Nabi Muhammad saw bersama Abu Bakar as-Siddiq ketika berada dalam gua Tsur, bersembunyi dari kejaran orang-orang kafir. Abu Bakar risau, kawatir, tapi kemudian Rasulullah saw menenangkan dengan mengucapkan ”La tahzan Innallaha ma’ana” Jangan kawatir wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah bersama kita. Sabda Nabi tersebut adalah bukti dari kepasrahan beliau kepada Allah swt. Itulah muslim, menyerahkan segala urusan dan bergantung kepada Allah, serta senantiasa merasa bersama Allah swt.
Dan pada hakikatnya semua para nabi dan rasul Allah adalah muslim alias berserah diri kepada Allah swt. Sebagai umat Muhammad yang mengimani agama Islam dan kemusliman semua Nabi dan Rasul Allah sudah sepatutnya kita meneladani mereka sebagai hamba yang ”Muslimûn”. Nah, tanda dari penyerahan diri kepada Allah swt itu diimplementasikan dengan mengerjakan rukun Islam yang lima.


[1] Ukuran baik dan benar adalah Neraca syari’at [al-qur’an, as-sunnah, ilmu pengetahuan diniah].
[2] Qs. Al-Baqarah: 132. “Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".


[3] Qs. al-Mukmin: 44

Tidak ada komentar: