Sabtu, 04 September 2010

MEYAKINI ADANYA MALAIKAT ALLAH SWT

Meyakini keberadaan Malaikat Allah swt adalah perkara wajib bagi seorang mukmin dan salah-satu pilar dalam pilar-pilar Iman. Dan Iman kepada para malaikat-Nya adalah bagian dari sikap Iman seorang mukmin kepada masalah yang ghaib. Sekali lagi iman adalah masalah hati. Hati mukmin senantiasa mengimani apapun yang datangnya dari Rasulullah saw walaupun hal itu tidak masuk akal, seperti isra’ mi’raj Rasulullah saw.
Karenanya sebagai seorang mukmin, dalam masalah yang ghaib lebih bersifat tawaqquf (mendiamkan karena mengimaninya-red). Hal itu sebagai perwujudan dari keyakinannya bahwa masalah ghaib merupakan hak mutlak Allah swt yang Mahamengetahui.
Seseorang yang telah dikaruniai keimanan yang mapan lagi matang hanya akan membicarakan malaikat bila didukung oleh wahyu (al-qur’an) dan sunnah (hadis). Apabila dari kedua nash tersebut tidak ada jaminan orisinalitas, maka dia lebih memilih untuk mengambil sikap diam. Ketimbang menjadikannya perselisihan pendapat yang tidak berdasar (ikhtilaf). Di samping juga berusaha dengan keras, sekali pun yang di-ikhtilaf-kan memiliki dasar pijakan nash karena masih berada dalam wilayah ijtihadiah. Namun untuk meminimalkan ikhtilaf; seorang mukmin memilih bersikap diam dan mendiamkannya.

Sebab mereka telah berkeyakinan bahwa keberadaan malaikat adalah sesuatu yang mutlak untuk diimani. Sedangkan mengenai seluk-beluk atas existensi malaikat sepenuhnya diserahkan kepada Allah swt. Sebab, seorang mukmin sangat menyadari bahwa manusia tidak ada kecakapan dengan persoalan yang ghaib. Karena tidak ada kecakapan, maka yang terjadi adalah sekadar "kira-kira" atau "mungkin". Betapa bahayanya jika suatu keilmuan dan kebenaran tentang kemaujudan malaikat hanya melahirkan ketetapan dan keputusan mengenai existensi malaikat yang mendasarkan sekadar pada "perkiraan" atau "kemungkinan". Oleh sebab itu dalam membahas malaikat harus didukung dengan nash. Demikianlah kepribadian seorang mukmin mukmin terhadap keimanannya dengan para malaikat-Nya.
Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan oleh Allah swt dari cahaya [nur]. Dalam artian wajib hukumnya meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa.
Sebagai orang yang mukmin kita wajib mengimani adanya Malaikat Allah, sebab yang mengatakannya adalah Allah lewat Rasulullah dalam al-qur’an, yang mana ada banyak ayat dalam al-qur’an dan hadis yang menerangkan tentang penciptaan Malaikat,
Firman Allah swt,

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Fâthir [35] :1)
$¨B àáÏÿù=tƒ `ÏB @Aöqs% žwÎ) Ïm÷ƒy‰s9 ë=‹Ï%u‘ Ó‰ŠÏGtã ÇÊÑÈ
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qâf [50]: 18)
Dan demikian pula banyak hadis yang menerangkan keberadaan Malaikat Allah swt di muka bumi yang wajib kita imani diantaranya sabda beliau saw,

صَفْوَانُ بن عَسَّالٍ الْمُرَادِيُّ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَهُوَ مُتَّكِئٌ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى بُرْدٍ لَهُ، فَقُلْتُ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي جِئْتُ أَطْلُبُ الْعِلْمَ، فَقَالَ:"مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ، فَمَا جِئْتَ تَطْلُبُ؟"
Shafwan bin 'Assal al-Mawardi pernah mendatangi Rasulullah saw ketika beliau sedang bersandar pada serban merahnya di masjid. Safwan menyapanya," Rasulullah, saya datang untuk belajar." Beliau bersabda; "Selamat datang, penuntut ilmu. Penuntut ilmu itu dinaungi oleh sayap para malaikat, antara satu malaikat dengan lainya saling berpegangan, hingga mereaka sampai kelangit dunia. Hal itu mereka lakukan karena cinta mereka terhadap penuntut ilmu. (Hr. Thabrani).[1]
Shafwan bin 'Assal mendengar Rasulullah saw bersabda; malaikat pasti menghamparkan sayapnya untuk setiap orang yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu, karena cinta mereka terhadap penuntut ilmu." (Hr. Ibnu Majah).

عَنْ عَلِيِّ رَضِيَّ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ: أَمَرَنَا بِالسِّوَاكِ فَقَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّيّ أَتَاهُ الْمَلَكُ فَقَامَ خَلْفَهُ، فَيَسْمَعُ لقراءته وَيَدْنُوْ مِنْهُ كُلَمَا قَرَأَاَيَةً أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيْهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ فِيْهِ شَيْىءٌ مِنَ الْقُرْآنَ إِلاَّ صَارَ فِيْ جَوْفِ الْمَلَكِ, فَطَهَّرُوْا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنَ
‘Ali sangat menganjurkan bersiwak dan pernah berkata, Rasulullah saw bersabda; “Jika seseorang bersiwak, kemudian melaksanakan shalat, maka seorang malaikat akan berdiri dielakangnya untuk mendengarkan bacaannya. Setiap kali ia membaca satu ayat, malaikat tersebut mendatanginya, sehingga mulutnya bertemu dengan mulut malaikat itu. Setiap ayat yang keluar dari mulutnya. Langsung tersalur ketubuh malaikat. Oleh karena itu, ketika membaca al-Qur'an, bersihkanlah mulut kalian terlebih dahulu. (Hr. al-Baihaqi).[2]
Ayat dan hadis di atas cukup sebagi bukti bahwa Allah swt menciptakan Malaikat yang wajib kita imani. Dan Allah menciptakan malaikat itu tak lain adalah untuk membantu para hamba-Nya khususnya manusia dalam mengemban tugas kekhalifahan di Dunia ini.
Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para nabi dan rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada nabi Ibrahim dan Muhammad saw.
Selanjutnya dengan beriman kepada Malaikat Allah swt diharapkan dalam setiap keadaan merasa bahwa gerak-gerik yang dilakukan oleh seseorang tidak lepas dari pemantauan malaikat, sehingga tidak berani melanggar perintah Allah swt. Selain itu juga diikuti dengan mencontoh sifat-sifatnya yang mulia
Dengan demikian beriman kepada Malaikat-Nya berarti percaya bahwa Allah swt telah menciptakan makhluk halus yang dinamakan malaikat, dengan mengimani malaikat Allah (beriman adanya malaikat) diharapkan agar dalam kehidupan ini manusia,
· Semakin meyakini Kebesaran, Kekuatan dan keMahakuasaan Allah swt.
· Bersyukur kepada-Nya, karena telah menciptakan para malaikat untuk membantu kehidupan dan kepentingan manusia dan jin.
· Menumbuhkan cinta kepada amal shalih, karena mengetahui ibadah para malaikat.
· Merasa takut bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat seperti mencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di neraka.
· Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah swt, dan karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.
Wallahu a’lam

[1] Hr. Thabrani hadis nomor: 7196, juz: 7, halaman: 49.
[2] Hr. al-Baihaqi hadis nomor: 2051, juz: 5, halaman: 130.

Tidak ada komentar: